Jumat, 18 November 2011

SEJARAH


ORGANISASI PERGERAKAN NASIONALISME DI INDONESIA

v  1908 : Budi Utomo didirikan oleh Dr. Sutomo dan Cipto Mangunkusumo (20 mei)
             Kongres Budi Utomo di Yogyakarta (oktober) Indische Vereeniging didirikan oleh para 
             Pelajar Indonesia di Belanda
v  1911 : H Samanhudi mendirikan SAREKAT DAGANG ISLAM di Solo
v  1912 : SAREKAT DAGANG ISLAM berubah nama menjadi SAREKAT ISLAM di pimpinan  
            Cokroaminito (10 september)
            Setiabudu (Douwes Dekker), Cipto Mangunkusumo, dan KI Hajar Dewantara
            Mendirikan INDISCHE PARTIJ di Bandung (25 desember)
v  1913 : Belanda melarang INDISCHE PARTIJ, para pimpinanya di ke Belanda KI Hajar
           Dewantara menerbitkan ALS IK EENS NEDERLANDER WAS
v  1914 : Paguyuban Pasundan, organisasi sosial dan budaya untuk orang Sunda didirikan
           SNEEVLIET mendirikan INDISCAHE SOCIAAL DEMOCRATISCHE VEREENIGING (ISDV) (9
           MEI)
v  1920 : ISDV mengubah nama menjadi perserikatan komunis di Hindia yang di kemudian hari
            Menjadi PKI (27 mei)
v  1922 : Perimpunan Mahasiswa Indonesia didirikan di Belanda anggotanya terdiri atas
           Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Sutomo, Ali Sastroamijoyo
           KI Hajar Dewantara mendirikan sekolah taman siswa di Yogyakarta dan INDISCHE
           VEREENIGING di Belanda mengganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia
v  1923 : Persatuan Islam didirikan di Bandung (12 september)
v  1925 : Jong Islamieten Bond didirikan di Jakarta (23 september)
v  1926 : KH Hasyim Asyari mendikan Nahdhatul Ulama (NU) (31 desember)
v  1927 : Sukarno dan Dr. Cipto Mangunkusumo mendirikan Perserikatan Nasionalisme
           Indonesia (PNI) (4 july)
           Permufakatan Perhimpunan Pilitik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) didirikan di
           Bandung (desember)
v  1928 : Kongres Pemuda di Jakarta melahirkan Sumpah Pemuda (28 oktober)
v  1931 : Sjahrir bersama Hatta mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-baru)
v  1934 : Mohammad Hatta dan Sjahrir di tangkap dan di buang ke Boven Digul, Irian (februari)
            Gerakan Pemuda Anshor Underbouw Nahdhatul ulama didirikan
v  1935 : Nahdhatul Wathan, oraganisasi pendidikan islam, didirikan di Lombok
            Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia bergabung membentuk Partai Indonesia
            Raya (Parindra) (desember)
v  1936 : Petisi Sutarjo yang menuntut Indonesia Merdeka dalam waktu 10 tahun (juli)
v  1937 : Gerakan Rakyat Indonesia (GERINDO) didirikan (24 mei)
            Majlis Islam A’laa Indonesia (MIAI) yang memayungi organisasi Islam didirikan (21
            september)
v  1939 : Gabungan Politik Indonesia (GAPI) yang memayungi organisasi nasional dibentuk GAPI
           mengadakan Kongres Rakyat Indonesia (desember)

Senin, 14 November 2011

SISTEM HAVERS

 Tugas biologi

NAMA : NURAZIZA
KELAS:XI.IPA 1
NO URUT :36
SISTEM HAVERS

          Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.
Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang rawan yang merupakan pusat osifikasi. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

          Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur.
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.

         Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.

Secara Mikroskopis tulang terdiri dari :

1. Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe)
2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).
3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan–lempengan yang mengandung sel tulang).
4. Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon).



           
             Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers (Canalis= saluran) yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan saraf.

Gambar stuktur bagian dalam tulang. Matriks tulang  tulang kompak


          
            
         Disekeliling sistem havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna. Di dalam lacuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lacuna lain atau canalis Havers. Canaliculi penting dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem Havers terdapat lamela interstitial yang lamella-lamelanya tidak berkaitan dengan sistem Havers.




             Pembuluh darah dari periostem menembus tulang kompak melalui saluran volkman dan berhubungan dengan pembuluh darah saluran Havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus. Dan tulang spons tidak mengandung sistem Havers.

ANALISIS DNA


                                                       ANALISIS DNA             
Beberapa teknik analisis keanekaragaman genetik seperti RAPD, RFLP, dan DGGE membutuhkan amplifikasi daerah genom tertentu dari suatu organisme. Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif dalam genom tersebut. Makin panjang primer, makin harus spesifik daerah yang diamplifikasi. Jika suatu kelompok organism memang berkerabat dekat, maka primer dapat digunakan untuk mengamplifikasi daerah tertentu yang sama dalam genom kelompok tersebut. Beberapa faktor seperti konsentrasi DNA contoh, ukuran panjang primer, komposisi basa primer, konsentrasi ion Mg, dan suhu hibridisasi primer harus dikontrol dengan hati-hati agar dapat diperoleh pita-pita DNA yang utuh dan baik. Keberhasilan teknik ini lebih didasarkan kepada kesesuaian primer dan efisiensi dan optimasi proses PCR. Primer yang tidak spesifik dapat menyebabkan teramplifikasinya daerah lain dalam genom yang tidak dijadikan sasaran atau sebaliknya tidak ada daerah genom yang teramplifikasi.
Penemuan awal dari teknik PCR didasarkan pada tiga waterbaths yang mempunyai temperatur yang berbeda. Thermal-cycler pertama kali dipublikasikan pada tahun 1986, akan tetapi DNA polymerase awal yang digunakan masih belum thermostable, dan harus ditambahkan disetiap siklusnya. Kelemahan lain, temperature 37°C yang digunakan bias dan menyebabkan non-specific priming, sehingga menghasilkan produk yang tidak dikehendaki. Taq DNA polymerase yang diisolasi dari bakteri Thermus aquaticus (Taq) dikembangkan pada tahun 1988.  Ensim ini tahan sampai temperature mendidih 100°C, dan aktifitas maksimal pada temperatur 92-95°C. Proses PCR merupakan proses siklus yang berulang meliputi denaturasi, annealing dan ekstensi oleh enzim DNA polimerase. Sepasang primer oligonukleotida yang spesifik digunakan untuk membuat hibrid dengan ujung-5’ menuju ujung-3’ untai DNA target dan mengamplifikasi untuk urutan yang diinginkan. Dasar siklus PCR ada 30-35 siklus meliputi: denaturation (95°C), 30 detik; annealing (55–60°C), 30 detik; extension (72°C), waktu tergantung panjang pendeknya ukuran DNA yang diinginkan  sebagai produk amplifikasi.
Peningkatan jumlah siklus PCR diatas 35 siklus tidak memberikan efek yang positif. Sejak penemuan RNA sebagai bahan genetik dari virus dapat membetuk cDNA (complementary DNA) dengan enzim reverse transcriptase. Kemudian cDNA ini akan melanjutkan sintesis protein secara normal. Penemuan ini menjadi dasar pengembangan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam membuat cDNA secara in vitro dengan teknik reverse transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Untuk mengalisis gene profiling dikembangkan teknik microarray dengan menggunakan real-time PCR sebagai alat Bantu untuk menghitung kandungan mRNA secara tepat dari berbagai macam gen-gen yang diteliti. Real-time PCR juga dapat digunakan untuk menghitung jumlah copy DNA secara akurat dan beberapa fungsi lain.
Optimasi PCR juga diperlukan untuk menghasilkan karakter yang diinginkan. Optimasi ini menyangkut suhu denaturasi dan annealing DNA dalam mesin PCR. Suhu denaturasi yang rendah dapat menyebabkan belum terbukanya DNA utas ganda sehingga tidak dimungkinkan terjadinya polimerisasi DNA baru. Proses penempelan primer pada utas DNA yang sudah terbuka memerlukan suhu optimum, sebab suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan amplifikasi tidak terjadi atau sebaliknya suhu yang terlalu rendah menyebabkan primer menempel pada sisi lain genom yang bukan sisi homolognya; akibatnya dapat teramplifikasi banyak daerah tidak spesifik dalam genom tersebut. Suhu penempelan (annealing) ini ditentukan berdasarkan primer yang digunakan yang dipengaruhi oleh panjang dan komposisi primer. Suhu penemelan ini sebaiknya sekitar 5°C di bawah suhu leleh. Secara umum suhu leleh (Tm) dihitung dengan rumus Tm = 4(G+C) + 2(A+T)°C (Rybicky, 1996). Berikut ini disajikan contoh hasil amplifikasi gen 16S-rRNA pada gel elektroforesis dari bakteri dengan primer domain Bacteria 63f (5’-CAG GCC TAA CAC ATG CAA GTC) dan 1387r (5’-GGG CGG WGT GTA CAA GGC) (Marchesi et al., 1998).